Kamis, 27 Juni 2019

Kelompok ISIS Ditawan Pemberontak di Suriah

Pasukan Suriah menahan tak kurang 200 teroris anggota kelompok ISIS di wilayah Yarmouk Basin, Daraa, Suriah selatan. Mereka ditangkap dan sebagian menyerahkan diri begitu pasukan Damaskus mengepung, dan akhirnya menguasai daerah itu.Ke-200 teroris ISIS itu menyerahkan diri ke pasukan Divisi 4 Syrian Arab Army (SAA) di kota Shajarah. Kota ini jadi basis terakhir kelompok ISIS sebelum dikalahkan pasukan Suriah yang dibantu jet-jet tempur Rusia. Militer Suriah praktis sudah merampungkan operasi pembebasan Suriah selatan, meliputi Provinsi Daraa dan Al Quneitra. Kedua propinsi ini berbatasan langsung dengan Yordania dan Israel yang menduduki Dataran Tinggi Golan milik Suriah.
Fokus perjuangan kini diarahkan ke Provinsi Idlib di utara. Kawasan ini menjadi lokasi repatriasi dan penampungan ribuan jihadis dan anggota kelompok bersenjata dari daerah-daerah yang telah dikuasai kembali oleh pasukan Bahsar Assad. Perkembangan lain dari Yarmouk Basin, pembebasan kawasan itu dari tangan kelompok teroris menguak fakta adanya pasokan senjata dan amunisi dari kekuatan asing, terutama Israel. Sejumlah besar amunisi bercap Israel, ditemukan di sejumlah gudang kelompok teroris.

Pasukan Suriah menemukannya di sebuah gudang di kota Abdeen di Yarmouk Basin. Antara lain drone atau pesawat nirawak, mortir, dan aneka munisi berbagai kaliber. Tak hanya sekali ini temuan amunisi dari Israel diumumkan. Di utara, aneka persenjataan kaliber ringan hingga rudal antitank (TOW) produksi AS dan Milan dari Prancis dikuasai para pemberontak. Senjata tempur buatan negara-negara Eropa Timur yang kini dekat dengan NATO, juga mengalir ke Suriah.
Namun, Perlu diketahui bahwa sepertiga kelompok pemberontak di Suriah -sekitar 100.000 pejuang- memiliki ideologi yang sama dengan kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS, demikian diisyaratkan sebuah kajian baru. Pusat Agama dan Geopolitik atau Centre on Religion and Geopolitics, terkait dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, mengatakan mengalahkan ISIS secara militer 'tidak akan mengakhiri jihadisme dunia'. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan 'kekalahan intelektual dan teologi' dari ideologinya. Konflik Suriah telah menewaskan lebih 250.000 orang dan jutaan orang lainnya kehilangan tempat tinggal.
Centre on Religion and Geopolitics -yang merupakan inisiatif Tony Blair Faith Foundation- menyatakan Suriah sekarang merupakan tempat kumpulan terbesar kelompok jihadis dalam zaman modern. Laporan yang dijadwalkan diterbitkan pada hari Senin (21 Desember 2018) menyatakan bahaya terbesar bagi masyarakat dunia adalah kelompok yang memiliki ideologi sama dengan ISIS tetapi saat ini tidak diperhatikan, yang jumlahnya diperkirakan sekitar 100.000 orang.
Usaha yang dilakukan pihak Barat saat ini untuk mendefinisikan 'moderat' dan 'ekstremis' akan mengalami kegagalan karena kelompok ini sendiri jarang melakukan pembedaan. Sekitar 60% kelompok pemberontak besar Suriah adalah ekstremis Islamis dan kebanyakan kelompok ini memiliki tujuan sama. Kurang dari seperempat pemberontak yang diteliti tidak berideologi dan banyak dari mereka siap berperang bersama kelompok ekstremis dengan kemungkinan akan menerima penyelesaian politik Islamis untuk mengakhiri perang saudara. Dewan Keamanan PBB pada Jumat (18/12) secara bulat mendukung rencana perdamaian bagi Suriah, yang antara lain mencakup desakan bagi gencatan senjata.
Amerika menyerukan agar para pejuang asing ISIS yang ditahan di Suriah dipulangkan. SDF sebelumnya mengaku bahwa lebih dari 900 pejuang asing yang diduga bergabung dengan ISIS dan 4.000 anggota keluarga mereka diyakini ditahan oleh pejuang Kurdi di Suriah utara. Namun tidak semua negara ingin menerima mereka kembali, seperti Inggris yang menolak untuk memulangkan warga negara yang bergabung dengan ISIS dan dilaporkan telah melucuti status kewarganegaraan mereka. Amerika Serikat (AS) telah meminta negara-negara Eropa dan negara-negara lain untuk memulangkan dan mengadili warga negara mereka yang telah pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. 

Apakah mereka pantas dipulangkan?
Menurut pendapat saya, negara memiliki kewenangan untuk memulangkan mereka sekaligus mengadili para sindikat ISIS tersebut atau mendeportasi kewarganegaraan mereka. Karena  menurut saya kelompok ISIS tersebut bukanlah membela agama Islam tetapi malah membuat onar dan tega membunuh dan membantai siapapun dengan alasan berjihad. Saya setuju jika negara tidak memulangkan pasukan ISIS untuk alasan keamanan negara karena memang mereka yang dipulangkan ke kampung halamannya bisa saja menyebarkan dan membuat kelompok-kelompok baru di Indonesia yang nantinya bisa membahayakan NKRI.

Sumber berita: 
https://jogja.tribunnews.com/2018/08/02/terkepung-hingga-tak-berkutik-200-anggota-isis-di-suriah-selatan-akhirnya-menyerah
https://www.matamatapolitik.com/news-sdf-isis-telah-kalah-dalam-kemenangan-final-suriah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar